KEBERHASILAN BELAJAR MENGAJAR
DAN EVALUASINYA
Makalah
Makalah Ini Disusun
Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Strategi
Belajar Mengajar
Dosen Pengampu : Chusna Maulida, M.Ag.

Oleh:
Khasbih Maslekhah (2021113065)
Kelas A
JURUSAN
TARBIYAH PRODI PAI
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN )
PEKALONGAN
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan dalam sejarah peradaban manusia merupakan salah satu
komponen kehidupan yang paling urgen. Dimana aktivitas ini telah dimulai sejak pertama
adanya kehidupan d muka bumi sampai berakhirnya kehidupan di muka bumi. Proses pendidikan ini menargetkan akan
terjadi perubahan perilaku bagi orang yang melakukannya.
Proses pendidikan diantaranya akan diimplementasikan dalam sebuah
proses atau kegiatan belajar mengajar. Dimana dalam kegiatan belajar mengajar
ini ada beberapa yang harus diperhatikan dan dilakukan secara bertahap,
diantaranya kegiatan perencanaan kegiatan mengajar, kemudian proses belajar
mengajar dan yang terakhir adalah proses penilaian kegiatan belajar mengajar,
atau yang sering kita kenal dengan sebutan evaluasi pembelajaran.
Salah satu proses dalam kegiatan belajar mengajar diatas akan
dibahas dalam makalah ini, yaitu kegiatan penilaian hasil belajar mengajar,
yang akan terinci dalam bab-bab terkait dengan keberhasilan belajar mengajar
dan proses evaluasi kegiatan belajar mengajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Keberhasilan Belajar Mengajar
Sebelum kita lebih jauh membahas mengenai keberhasilan belajar
mengajar, tentu kita harus pahami terlebih dahulu apa itu proses atau kegiatan
belajar mengajar. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar merupakan suatu
kegiatan yang didalamnya berlangsung hubungan antar manusia, dengan tujuan
membantu perkembangan dan mendorong keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Dan
pada dasarnya melaksanakan kegiatan belajar mengajar adalah menciptakan
lingkungan dan suasana yang menimbulkan perubahan struktur kognitif pada siswa.[1]
Setelah kita memahami apa itu kegiatan belajar mengajar yang
sesungguhnya serta sasaran dari pada kegiatan belajar mengajar. Tentu kita
dapat membahas mengenai keberhasilan kegiatan belajar mengajar, keberhasilan
kegiatan belajar mengajar dapat kita lihat dari capaian atas tujuan kegiatan
belajar mengajar. Lebih jauh dijelaskan oleh Direktorat Jenderal Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam, bahwa keberhasilan belajar dapat diukur dengan
perubahan, karena keberasilan suatu program pembelajaran dapat diukur
berdasarkan perbedaan cara berfikir, merasa, berbuat sebelum dan berbuat sesudah
memperoleh pengalaman belajar dalam menghadapi situasi serupa.
Selanjutnya Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain menyatakan bahwa
suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dapat dikatakan
berhasil apabila Tujuan Instruksional Khusus (TIK) nya dapat dicapai oleh
peserta didik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keberhasilan belajar
mengajar merupakan kecakapan dari suatu usaha atau latihan pengalaman dalam
bentuk perubahan tingkah laku yang mengandung pengetahuan (kognitif), keterampilan
(psikomotor), sikap (afektif) serta nilai-nilai yang konstruktif (value).[2]
B.
Indikator Keberhasilan Belajar
Keberhasilan belajar merupakan prestasi yang dicapai dalam proses
belajar mengajar. Untuk mengetahu tingkat keberhasillan belajar mengajar tersebut
terdapat beberapa indikator yang harus diketahui.
Indikator keberhasilan belajar menurut Zaenal Arifin dapat dilihat
dari berbagai jenis perbuatan atau pembentukan tingkah laku peserta didik.
Jenis tingkah laku itu diantaranya adalah:
1.
Kebiasaan, yaitu cara bertindak yang dimiliki peserta didik dan
diperoleh melalui belajar.
2.
Keterampilan, yaitu perbuatan atau tingkah laku yang tampak sebagai
akibat kegiatan otot dan digerakkan serta dikoordinasikan oleh sistem syaraf.
3.
Akumulasi presepsi, yaitu berbagai persepsi yang diperoleh peserta
didik melalui belajar seperti pengalaman simbol, angka dan pengertian.
4.
Asisoasi dan hafalan, yaitu seperangkat ingatan mengenai sesuatu
sebaga hasil dari penguatan melalui asosiasi, baik asosiasi yang disengaja atau
asosiasi tiruan.
5.
Pemahaman dan konsep, yaitu jenis hasil belajar yang diperoleh
melalui kegiatan belajar secara rasional.
6.
Sikap, yaitu pemahaman, perasaan, dan kecenderungan berperilaku
peserta didik terhadap sesuatu.
7.
Nilai, yaitu tolak ukur untuk membedakan antara yang baik dengan
yang kurang baik.
8.
Moral dan agama.[3]
Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, indikator
keberhasilan belajar mengajar lebih singkat, yaitu hanya terangkum dalam dua
poin:
1.
Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai
prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok.
2.
Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran instruksional
khusus (TIK) telah dicapai oleh peserta didik, baik secara individual maupun
kelompok.[4]
Berdasarkan uraian diatas, maka indikator keberhasilan belajar
mengajar peserta didik dapat diketahui dari kemampuan daya serap peserta didik
terhadap bahan pengajaran yang telah diajarkan serta dari perbuatan atau
tingkah laku yang telah digariskan dalam tujuan pembelajaran telah dicapai oleh
peserta didik, baik secara individual maupun kelompok.
C.
Penilaian Keberhasilan Belajar
Menurut norman E. Grounloud,
evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dan berkesinambungan untuk
mengetahui efisiensi kegiatan belajar mengajar dan efektivitas dari pencapaian
tujuan instruksi yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto,
evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya
sesuatu, dan informasi tersebut selanjutnya digunakan untuk menentukan
alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.
Menurut Djemari Mardapi,
evaluasi adalah proses mengumpulkan informasi untuk mengetahui pencapaian
belajar kelas atau kelompok.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu
objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur
tertentu guna memperoleh kesimpulan.[5]
Dalam mengukur dan
mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar mengajar peserta didik, pihak
pengajar dapat menggunakan beberapa teknik diantaranya dengan tes maupun non
tes.
Teknik tes di dalam
evaluasi belajar setidaknya ada tiga macam, yaitu tes formatif, sub sumatif dan
sumatif. Tes prestasi belajar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Tes formatif adalah
kegiatan penilaian yang bertujuan untuk encapai umpan balik, yang selanjutnya
hasil penilaan tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar
mengajar yang sedang atau yang sudah dilakukan. Tes ini dapat berupa tulisan,
lisan, atau tugas-tugas yang dilakukan pada akhir pelajaran (ulangan harian)
atau bahkan pada saat pelajaran sedang berlangsung.
2. Tes sub sumatif
adalah penilaian yang meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah
diajar pada waktu tertentu. Hasil tes sub sumatif ini dimanfaatkan untuk
memperbaikai proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai
raport. Biasa dilakukan pada tengah semester.
3. Tes sumatif adalah
penilaian yang dilakukan untuk memperoleh data atau informasi sampai dimana
penguasaan atau pencapaian belajar peserta didik terhadap bahan pelajaran yang
telah dipelajarinya selama jangka waktu tertentu. Fungsi dan tujuannya ialah
untuk penentuan lulus atau tidaknya peserta didik tersebut. Tes ini biasanya
dilakukan pada akhir semester.[6]
Selain dengan teknik tes, evaluasi juga dapat dlakukan dengan teknik non
tes, teknik non tes ini dapat diaplikasikan dengan beberapa cara, diantaranya
adalah (1) observasi, (2) wawancara, (3) skala sikap, (4) daftar cek, (5) skala
penilaian, (6) angket, (7) studi kasus, (8) catatan insidental, (9) sosiometri,
dan yang terakhir (10) inventori kepribadian.[7]
D.
Tingkat Keberhasilan Belajar
Dalam sebuah proses belajar mengajar tentu akan selalu menghasilkan
hasil belajar. Dalam mengukur dan melihat hasil belajar akan menimbulkan
beberapa pertanyaan, salah satunya terkait dengan seberapa besar tingkat
keberhasilan dari proses belajar mengajar yang telah terlaksana. Sehubung
dengan hal tersebutlah yang kemudian keberhasilan belajar mengajar itu dibagi
menjadi beberapa tingkatan. Tingkatan keberhasilan belajar mengajar tersebut
diantaranya:
1.
Istimewa/maksimal, yaitu apabila seluruh bahan pelajaran yang
diajarkan itu dapat dikuasai oleh peserta didik.
2.
Baik sekali/optimal, yaitu apabila sebagian besar (76%-99%) bahan
pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oeh peserta didik.
3.
Baik/minimal, yaitu apabila bahan yang diajarkan hanya 60%-75% saja
yang dikuasai peserta didik.
4.
Kurang, yaitu apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari
60% dikuasai oleh peserta didik.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, menjelaskan
bahwa keberhasilan belajar dapat diukur dengan perubahan, karena keberasilan
suatu program pembelajaran dapat diukur berdasarkan perbedaan cara berfikir,
merasa, berbuat sebelum dan berbuat sesudah memperoleh pengalaman belajar dalam
menghadapi situasi serupa.
Evaluasi adalah kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu
objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur
tertentu guna memperoleh kesimpulan.[8]
Dalam mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar mengajar
peserta didik, pihak pengajar dapat menggunakan beberapa teknik diantaranya
dengan tes maupun non tes.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja
Rosda Karya.
Djamarah, Syaiful
Bahri & Zain, Aswan. 2014. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Hamdani. 2011. Strategi
Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.
[1] Hamdani, Strategi
Belajar Mengajar, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), hlm. 58-59.
[2] Syaiful Bahri
Djamarah & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2014), hlm. 105
[3] Zaenal Arifin,
Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009), hlm. 298
[4] Op,Cit,.
Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, hlm. 106
[5] Op, Cit,. Hamdani,
hlm. 296
[6] Op,Cit,.
Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, hlm. 106
[7] Op, Cit,. Zaenal
Arifin, hlm. 152
[8] Op, Cit,.
Hamdani, hlm. 296
Tidak ada komentar:
Posting Komentar