Rabu, 09 Desember 2015

Psikologi Perkembangan (Gagal Tumbuh)

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari mengenai perilaku dan mental manusia memengaruhi hampir dari semua aspek kehidupan, dimulai dari awal kehidupan manusia, yaitu sejak usia bayi sampai dengan akhir kehidupan manusia tersebut.
Seperti apa yang telah dijelaskan diatas, bahwa psikologi adalah ilmu yang selalu mengiringi perjalanan kehidupan manusia, juga mempelajari dan membahas mengenai psikologi perkembangan. Psikologi perkembangan ini merupakan cabang ilmu psikologi yang salah satunya membahas mengenai masalah tumbuh kembang anak.
Gangguan-gangguan yang muncul pada anak baik secara fisik pada awalnya dan seiring berjalannya waktu juga merambah pada psikisnya merupakan masalah psikologi yang harus diketahui dan dikaji secara mendalam. Gangguan-gangguan tersebut terjadi karena beberapa faktor baik dari dalam maupun dari luar, gangguan-gangguan tersebut antara lain adalah gagal tumbuh, retardasi mental dan autisme.
Dalam makalah ini akan membahas dan mengkaji mengenai gangguan-gangguan pada anak yang telah disebutkan diatas yang masuk dalam rentetan masalah tumbuh kembang anak.
Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan beberapa masalah, antar lain:



PEMBAHASAN
A.    Gagal Tumbuh
Gagal tumbuh disebut juga dengan istilah Growth Deficiency didefinisikan sebagai melambatnya kecepatan tumbuh yang mengakibatkan garis pertumbuhan memotong 2 garis persentil pertumbuhan dibawahnya pada kurva pertumbuhan anak. Gagal tumbuh bukanlah suatu penyakit akan tetapi suatu tanda dari keadaan galur (pathway) umum dari banyak masalah medik, psikososial dan lingkungan yang mengakibatkan pertumbuhan yang terhambat pada anak. Gagal tumbuh merupakan interaksiantara lingkungan dengan kesehatan anak, perkembangan dan perilaku.
Dalam buku Lange Current Pediatric Diagnosis and Treatment tercantum 3 pola Growth Deficiency, sebagai berikut:
1.      Tipe I
Berat badan lebih tertekan daripada tinggi badan, lingkaran kepala tidak terganggu pertumbuhannya. Umumnya karena masukan kalori tidak cukup, pengeluaran kalori yang berlebihan, masukan kalori yang berlebihan, atauketidak mampuan tubuh perifer menggunakan kalori. Kebanyakan kasus merupakan akibat dari kegagalan pada penyampaian ke jaringan yang dituju. Kemudian, kemungkinan disebabkan oleh faktor-faktor kemiskinan, kesenjangan hubungan pengasuh dan anak, pola makan yang abnormal atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut.
2.      Tipe II
Ditandai oleh tubuh kecil yang proporsional, lingkaran kepala dalam batas normal. Berkaitan dengan faktor genetik pada perawakan pendek, endokrinopati, pertumbuhan lambat konstitusional, penyakit jantung atau ginjal, displasia tulang.
3.      Tipe III
Ditandai oleh ketiga parameter (tinggi, berat, dan lingkaran kepala) dibawah noemal. Tipe ini berkaitan dengan susunan syaraf pusat abnormal, efek pada kromosom, dan gangguan perinatal.
B.     Gangguan pada Anak
Gangguan perkembangan masa anak adalah berbagai jenis masalah perkembangan yang potensial terjadi pada masa, yaitu usia anak 0-12 tahun. Pada dasarnya, tiap-tiap perkembangann memiliki potensi gangguan perkembangann yang potensial adalah gangguan pasda perkembangan bahasa, masalah terkait pertumbuhan fisik, bisa juga demam tinggi yang beresiko memunculkan gangguan lainya. Pada usia sekolah, saat aktifitas anak mencapai puncaknya, sangat tinggi kemungkinan terjadinya kelelahan atau kecelakaan yang dapat menimbulkan gangguan perkembangan motorik..[1]
1.      Gangguan dalam Perkembangan Fisik Motorik
Pertumbuhan fisik yang dialami anak akan memperngaruhi proses perkembangan motoriknya. Perkembanga otorik berarti perkembangan pengendalian jasmaniah melalui kegiatan proses syaraf, urat syaraf dan otot-otot yang terkoordinasi. Menurut Rusda Koto dan Sri Maryati dalam perkembangannya, ditemukan beberapa hambatan pada anak, diantaranya:
a.       Gangguan fungsi panca indera
Gangguan fungsi panca indera yang banyak menimbulkan masalah pada anak adalah gangguan pada indera pengliatan dan indra pendengaran. Kekurangan daya penglihatan ataupun pendengaran dapat diketahui bila derajat penyimpangannya sudah cukup besar daripada yang normal.
b.      Cacat tubuh
Bila seorang anak menalami cacat tubuh pada beberapa bagian tubuhnya, maka perkembangannya akan mengalami gangguan karena pada masa usia dini kemampuan tubuh sangat penting untuk menunjang perkembangannya.
c.       Kegemukan (obesitas)
Kegemukan seringkali kita temukan pada anak usia dini, dan orang tua kadangkala membiarkan atau bahkan senang dengan kegemukan anak karena anak tampak lucu dan menggemaskan. Kegemukan yang dialami anak sejak dini perlu diwaspadai karena berbahaya bagi perkembangan selanjutnya.
d.      Gangguan gerak peniruan
Gejala yang tampak dari gangguan ini adalah gerakan motorik kasar yang tidak wajar. Gerakan yang disebabkan karena kebiasaan tetapi mempunya akibat yang tidak baik dan seringkali berkepanjangan.
2.      Gangguan dalam perkembangan kognitif
Kemampuan kognitif anak harus dikembangkan secara optimal karena menyangkut kemapuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari anak. Namun dalam perkembangannya, ditemukan kesulitan-kesulitan yang dihadapai anak diantaranya: anak sulit mengerti bila dijelaskan tentang sesuatu, lambat dalam mengerjkan sesuatu, atau keliru dalam menyelesaikan suatu persoalan, sulit berkonsentrasi. Permasalahan kognitif dapat pula menyangkut intelegensi rendah yang disebut dengan retardasi mental. Permasalahan yang lain dapat berupa kretinisme yaitu keadaan jasmani dengan tanda-tanda badannya cebol, kulit muka dan  badan tebal berlipat-lipat, muka menggembung dan tampak bodoh. Lidahnya menjulur keluar dan dahinya penuh dengan rambut. Penyebab kretinisme ini adalah gangguan perkembangan kelenjar thyloid. Anak krnitinisme ini biasanya muali brjalan dan bebicara lebih lambat daripada anak normal, umur mentalnya hanya mencapai umur mental 3-4 tahun, sehingga dapat dikategorikan lemah mental berat.
3.      Gannguan dalam perkembangan bahasa
Kemampuan berbahasa merupakan aspek penting yang perlu dikuasai anak, tapi tidak semua anak mampu menguasai kemampuan ini. Masalah perkemabngan bahasa terkait dengan terbatasnya perbendaharaan kata anak, ganguan artikulasi seperti sulit mengucapkan beberapa huruf. Seain itu, gagap merupakan salah satu masalah bahasa anak. Gejala yang sering diperlihatkan oleh anak gagap adalah sering mengulang atau memperpanjang suara, suku kata atau kata-kata dan sering terjadi keraguan dan penghentian bicara, sehingga mengganggu arus irama kata-kata.
4.      Gangguan dalam perkembangan sosial
Kemampuan bersosial adalah satu kemampuan lain yang harus dikuasai anak, karena anak akan berinteraksi dengan orang lain. Tetapi, tidak semua anak mampu bersosialisasi. Beberapa masalah sosial yang sering dialami anak adalah: anak ingin menang sendiri, sok berkuasa, tidak mau menunggu giliran bermain bersama, selalu ingin diperhatikan atau memilih-milih teman, agresif dan ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Salah satu permasalah sosial yang banyak dialami anak adalah gangguan komunikasi, yaitu ganggua psikologis yang termanifestasi pada gangguan suara, artikulasi, atau kelancaran bicara, yang mengakibatkan terjadi penyimpangan bentuk bahasa, isi bahasa atau fungsi bahasa. Indikasi seorng anak mengalami gangguan ini adalah sebagai berikut: sulit menangkap isi pembicaraan orang lain, tidak lancar dalam berbicara atau mengemukakan ide, sring menggunakan isyarat dalam berkomunikasi, kalau berbicara sering gagap atau gugu, suaanya parau, tidak fasih mengucapkan kata-kata tertentu dan organ bicaranya tidak normal atau sumbing.
5.      Gangguan dalam perkembangan emosi
Gangguan dalam perkembangan emosi pada umumnya orang kecil lebih emosional daripada orang dewasa karena pada usia ini anak masih relatif muda dan belum dapat mengendalikan emosinya. Beberapa masalah dalam perkembangan emosi anak yang sering ditemukan adalah: perasaan takut, perasaan cemas, perasaan sedih, marah yang berlebihan, iri hati, emburu dan mudah tersinggung.
6.      Gangguan lamban belajar
Gangguan lamban belajar adalah anak yang memiliki potensi intelektual sedikit dibawah normal, keterlambatan berbicara jika dibanding anak seusianya. Terdapat beberapa indikator yang dapat dijadikan patokan bahwa seorang anak mengalami kelambatan belajar diantaranya yaitu: kesulitan dalam pengucapan kata, kemampuan penguasaan jumlah kata yang minim, tidak mampu menemukan kata yang sesuai untuk suatu kalimat, kesulitan untuk memperbaiki dan mengenali angka, huruf dan nama-nama hari dalam seminggu, kegelisahan yang sangat skstrem dn mudah teralih perhatiannya, kesulitan beriteraksi dengan anak seusianya, meunjukan kesulitan dalam mengikuti suatu petunuk atau rutintas tertentu dan juga problem emosional seperti mengasingkan diri, pemurung, mudah tersinggung atau acuh terhadap lingkungannya serta menolak untuk bersekolah.[2]
C.    Retardasi Mental
American Association on Mental Deficiency (AAMD) mendefinisikan retardasi mental yang kemudian direvisi oleh Rick Heber sebagai suatu penurunan fungsi intelektual secara menyeluruh yang terjadi pada masa perkembangan dan dihubungkan dengan gangguan adaptasi sosial. Penurunan fungsi intelektual secara umum menurut Rick Heber diukur berdasarkan tes intelegensia standar paling sedikit satu deviasi standar dibawah rata-rata. Periode perkembangan mental menurut defnisi ini adalah mulai dari lahir sampai umur 16 tahun. Gangguan adaptasi sosial dalam definisi ini dihubungkan dengan adanya penurunan fungsi intelektual.
Berdasarkan The ICD-10 Classification of Mental and Behavioral Disorders, WHO, Geneva tahun 1994 retardasi mental dibagi menjadi 4 golongan, yaitu:
1.      Mild Retardation (retardasi mental ringan), IQ 50-69.
Retardasi mental ringan dikategorikan sebagai retardasi mental dapat dididik. Anak mengalami gangguan berbahasa tetapi masih mampu menguasainya untuk keperluan bicara sehari-hari. Umumnya mereka juga mampu mengurus diri sendiri (makan, mencuci, memakai baju, mengontrol saluran cerna dan kandung kemih), meskipun tingkat perkembangannya sedikit lebih lambat dari ukuran normal. Kesulitan utama biasanya terlihat pada pekerjaan akademik sekolah, dan banyak yang bermasalah dalam membaca dan menulis. Dalam konteks sosiokultural yang memerlukan sedikit kemampuan akademik, mereka tidak ada masalah. Tetapi jika ternyata timbul masalah emosional dan sosial, maka akan terlihat bahwa mereka mengalami gangguan, misal tidak mampu menguasai masalah perkawinan atau mengasuh anak, atau kesulitan menyesuaikan diri dengan tradisi budaya.
2.      Moderate Retardation (retardasi mental sedang), IQ 35-49.
Retardasi mental sedang dikategorikan sebagai retardasi mental dapat dilatih. Pada kelompok ini anak mengalami keterlambatan perkembangan pemahaman dan pengguanaan bahsa, serta pencapaian akhirnya terbatas. Pencapaian kemampuan mengurus diri sendiri dan ketrampilan motorik juga mengalami keterlambatan, dan beberapa diantaranya membutuhkan pengawasan sepanjang hidupnya. Kemajuan di sekolah terbatas, sebagian masih bisa belajar dasar-dasar membaca, menulis dan berhitung.
3.      Severe Retardation (retardasi mental berat), IQ 20-34.
Kelompok retardasi mental berat ini hampir sama dengan retardasi mental sedang, dalam hal gambaran klinis. Perbedaan utamanya adalah pada retardasi mental berat ini biasanya mengalami kerusakan motorik yang bermakna atau adanya defisil neurologi.
4.      Profound Retardation (retardasi mental sangat berat), IQ < 20.
Retardasi mental sangat berat berarti secara praktis anak sangat terbatas kemampuannya dalam emngerti dan menuruti permintaan atau instruksi. Umumnya anak sangat terbatas dalam hal mobilitas, dan hanya mampu pada bentuk komunikasi nonverbal yang sangat elementer.[3]
D.    Autisme
Autisme merupakan suatu gangguan adanya kerusakan pada simpul saraf. Penyakit ini menggangu perkembangan anak. Diagnosisnya diketahui dari gejala-gejala yang tampak, ditunjukkan dengan adanya penyimpangan perkembangan.
1.      Ciri-ciri gangguan autisme antara lain:
a.       Tidak mampu menjalin interaksi sosial yang memadai, seperti kontak mata sangat kurang hidup, dan gerak-geriknya kurang tertuju.
b.      Tidak dapat bermain dengan teman sebaya.
c.       Bicara terlambat atau sama sekali tidak berkembang (tidak ada usaha untuk mengimbangi komunikasi dengan cara lain selain bicara).
d.      Jika bisa bicara, bicaranya tidak dipakai untuk komunikasi.
e.       Sering menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-ulang.
f.       Cara bermain kurang variatif, kuang imajinatif dan kurang bisa meniru.
g.      Ada gerakan-gerakan aneh yang  khas dan diulang-ulang.
h.      Adanya keterlambatan atau gangguan dalam interaksi sosial, bicara dan berbahasa, dan cara bermain yang kurang variatif sebelum umur tiga tahun.
2.      Faktor penyebab autisme
Gejala autis biasanya muncul saat usia 1,5-2 tahun. Ketika anak bisa saja berkembang normal, tetapi kemudian perkembangannya berhenti dan mereka mengalami kemunduran. Berikut ini beberapa dugaan penyebab autisme dan diagnosis medisnya:
a.       Gangguan Sususnan Saraf Pusat
Ditemukan adanya kelainan pada susunan saraf pusat pada beberapa tempat di dalam otak anak autis. Pada anak autis terdapat pengurangan jumlah sel purkinje di dalam otak. Akibatnya, produksi serotonin kurang, hal ini tentu saja menyebabkan kacaunya proses penyaluran informasi antar otak. Selain itu, juga ditemukan adanya kelainan struktur pada pusat emosi di dalam otak sehingga emosi anak autis sering terganggu.
b.      Faktor genetika
Hal yang paling umum gejala autis pada anak disebabkan oleh faktor turunan. Ada beberapa gen yang terkait dengan autisme. Namun, gejala autisme baru bisa muncul jika terjadi kombinasi banyak gen. Bisa saja autisme tidak muncul, meski anak membawa gen autisme. Jadi perlu adanya faktor pemicu lain.
3.      Terapi bagi Anak Autis
Pada dasarnya gangguan pada otak tidak dapat disembuhkan, tapi dapat ditanggulangi dengan terapi dini, terpadu dan intensif. Jika anak mengalami gejala autis segera tanggulangi. Orang tua dan keluarga mempunyai peran sangat penting dalam hal ini.
Gejala autis pada anak akan semakin bertambah parah dan tidak tertanggulangi hingga dewasa bila saja tidak ada tindakan intensif dari orang tua dan keluarga. Keberhasilan terapi tergantungan beberapa faktor berikut:
a.       Berat ringannya gejala, tergantung seberapa parahnya gangguan di dalam sel otak.
b.      Semakin dini anak mendapat terapi, semakin besar kemungkinan berhasil. Idealnya sejak umur 2-5 tahun anak sudah harus diterapi.
c.       Semakin banyak informasi yang dia tangkap, semakin besar peluangnya menjadi anak normal dan semakin cerdas anak, semakin cerdas anak, semakin cepat menangkap hal-hal yang diajarkan.
d.      Semakin rendah kemampuan berbahasa dan bicara semakin lambat anak autis mengalami kemajuan.
e.       Semakin intensif anak autis mendapat terapi akan semakin baik dan lebih besar kemungkinan mengalami kemajuan. Sedikitnya 4 jam sehari anak mendapat terapi.
Beberapa terapi yang dapat dilakukan untuk anak autis
a.       Terapi perilaku
Terapi ini bertujuan mengurangi perilaku aneh yang tidak wajar dan menggantinya dengan perilaku yang bisa diterima di masyarakat.
b.      Terapi wicara
Terapi ini menjadi keharusan bagi anak yang mengalami kesulitan berbicara atau berkomunikasi
c.       Terapi okupasi
Terapi ini bertujuan merangsang perkembangan motorik yang kurang baik, seperti memperbaiki koordinasi antara mata, pikiran, dan anggota tubuh, serta ketrampilan otot halus anak.[4]



[1] M.Sugeng Sholehudin , Psikloogi Perkembangan dalam perspektif pengantar, ( Pekalongan: STAIN PRESS, 2008)hlm.191-192

[2]H. Achmad Juntika Nurihsan dan H. Mubiar Agustin, Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja, Tinjauan Psikologi, Pendidikan, dan Bimbingan,(Bandung: PT. Refika Aditama, 2011), hlm. 47-51.
[3] Prasadio T, gangguan psikiatrik pada anak-anak dengan retardasi mental, Disertasi, (Surabaya: Universitas Airlangga, 1976).

[4] Dwi Sunar Prasetyo, “Biarkan Anakmu Bermain”, (Jogjakarta: DIVA Press, 2008), hlm. 225-238.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar