PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Psikologi
sebagai ilmu yang mempelajari mengenai perilaku dan mental manusia memengaruhi
hampir dari semua aspek kehidupan, dimulai dari awal kehidupan manusia, yaitu
sejak usia bayi sampai dengan akhir kehidupan manusia tersebut.
Seperti
apa yang telah dijelaskan diatas, bahwa psikologi adalah ilmu yang selalu
mengiringi perjalanan kehidupan manusia, juga mempelajari dan membahas mengenai
psikologi perkembangan. Psikologi perkembangan ini merupakan cabang ilmu
psikologi yang salah satunya membahas mengenai masalah tumbuh kembang anak.
Gangguan-gangguan
yang muncul pada anak baik secara fisik pada awalnya dan seiring berjalannya
waktu juga merambah pada psikisnya merupakan masalah psikologi yang harus
diketahui dan dikaji secara mendalam. Gangguan-gangguan tersebut terjadi karena
beberapa faktor baik dari dalam maupun dari luar, gangguan-gangguan tersebut
antara lain adalah gagal tumbuh, retardasi mental dan autisme.
Dalam
makalah ini akan membahas dan mengkaji mengenai gangguan-gangguan pada anak
yang telah disebutkan diatas yang masuk dalam rentetan masalah tumbuh kembang
anak.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
diatas, dapat dirumuskan beberapa masalah, antar lain:
PEMBAHASAN
A. Gagal
Tumbuh
Gagal
tumbuh disebut juga dengan istilah Growth Deficiency didefinisikan sebagai
melambatnya kecepatan tumbuh yang mengakibatkan garis pertumbuhan memotong 2
garis persentil pertumbuhan dibawahnya pada kurva pertumbuhan anak. Gagal
tumbuh bukanlah suatu penyakit akan tetapi suatu tanda dari keadaan galur
(pathway) umum dari banyak masalah medik, psikososial dan lingkungan yang
mengakibatkan pertumbuhan yang terhambat pada anak. Gagal tumbuh merupakan
interaksiantara lingkungan dengan kesehatan anak, perkembangan dan perilaku.
Dalam
buku Lange Current Pediatric Diagnosis and Treatment tercantum 3 pola Growth
Deficiency, sebagai berikut:
1. Tipe
I
Berat badan lebih tertekan daripada
tinggi badan, lingkaran kepala tidak terganggu pertumbuhannya. Umumnya karena
masukan kalori tidak cukup, pengeluaran kalori yang berlebihan, masukan kalori
yang berlebihan, atauketidak mampuan tubuh perifer menggunakan kalori.
Kebanyakan kasus merupakan akibat dari kegagalan pada penyampaian ke jaringan
yang dituju. Kemudian, kemungkinan disebabkan oleh faktor-faktor kemiskinan,
kesenjangan hubungan pengasuh dan anak, pola makan yang abnormal atau kombinasi
dari faktor-faktor tersebut.
2. Tipe
II
Ditandai oleh tubuh kecil yang
proporsional, lingkaran kepala dalam batas normal. Berkaitan dengan faktor
genetik pada perawakan pendek, endokrinopati, pertumbuhan lambat
konstitusional, penyakit jantung atau ginjal, displasia tulang.
3. Tipe
III
Ditandai oleh ketiga parameter (tinggi,
berat, dan lingkaran kepala) dibawah noemal. Tipe ini berkaitan dengan susunan
syaraf pusat abnormal, efek pada kromosom, dan gangguan perinatal.
B. Gangguan
pada Anak
Gangguan
perkembangan masa anak adalah berbagai jenis masalah perkembangan yang
potensial terjadi pada masa, yaitu usia anak 0-12 tahun. Pada dasarnya,
tiap-tiap perkembangann memiliki potensi gangguan perkembangann yang potensial
adalah gangguan pasda perkembangan bahasa, masalah terkait pertumbuhan fisik,
bisa juga demam tinggi yang beresiko memunculkan gangguan lainya. Pada usia
sekolah, saat aktifitas anak mencapai puncaknya, sangat tinggi kemungkinan
terjadinya kelelahan atau kecelakaan yang dapat menimbulkan gangguan
perkembangan motorik..[1]
1.
Gangguan
dalam Perkembangan Fisik Motorik
Pertumbuhan
fisik yang dialami anak akan memperngaruhi proses perkembangan motoriknya.
Perkembanga otorik berarti perkembangan pengendalian jasmaniah melalui kegiatan
proses syaraf, urat syaraf dan otot-otot yang terkoordinasi. Menurut Rusda Koto
dan Sri Maryati dalam perkembangannya, ditemukan beberapa hambatan pada anak,
diantaranya:
a.
Gangguan
fungsi panca indera
Gangguan fungsi
panca indera yang banyak menimbulkan masalah pada anak adalah gangguan pada
indera pengliatan dan indra pendengaran. Kekurangan daya penglihatan ataupun
pendengaran dapat diketahui bila derajat penyimpangannya sudah cukup besar
daripada yang normal.
b.
Cacat
tubuh
Bila seorang
anak menalami cacat tubuh pada beberapa bagian tubuhnya, maka perkembangannya
akan mengalami gangguan karena pada masa usia dini kemampuan tubuh sangat
penting untuk menunjang perkembangannya.
c.
Kegemukan
(obesitas)
Kegemukan
seringkali kita temukan pada anak usia dini, dan orang tua kadangkala
membiarkan atau bahkan senang dengan kegemukan anak karena anak tampak lucu dan
menggemaskan. Kegemukan yang dialami anak sejak dini perlu diwaspadai karena
berbahaya bagi perkembangan selanjutnya.
d.
Gangguan
gerak peniruan
Gejala yang
tampak dari gangguan ini adalah gerakan motorik kasar yang tidak wajar. Gerakan
yang disebabkan karena kebiasaan tetapi mempunya akibat yang tidak baik dan
seringkali berkepanjangan.
2.
Gangguan
dalam perkembangan kognitif
Kemampuan
kognitif anak harus dikembangkan secara optimal karena menyangkut kemapuan memecahkan
masalah dalam kehidupan sehari-hari anak. Namun dalam perkembangannya,
ditemukan kesulitan-kesulitan yang dihadapai anak diantaranya: anak sulit
mengerti bila dijelaskan tentang sesuatu, lambat dalam mengerjkan sesuatu, atau
keliru dalam menyelesaikan suatu persoalan, sulit berkonsentrasi. Permasalahan
kognitif dapat pula menyangkut intelegensi rendah yang disebut dengan retardasi
mental. Permasalahan yang lain dapat berupa kretinisme yaitu keadaan jasmani dengan
tanda-tanda badannya cebol, kulit muka dan
badan tebal berlipat-lipat, muka menggembung dan tampak bodoh. Lidahnya
menjulur keluar dan dahinya penuh dengan rambut. Penyebab kretinisme ini adalah
gangguan perkembangan kelenjar thyloid. Anak krnitinisme ini biasanya muali
brjalan dan bebicara lebih lambat daripada anak normal, umur mentalnya hanya
mencapai umur mental 3-4 tahun, sehingga dapat dikategorikan lemah mental
berat.
3.
Gannguan
dalam perkembangan bahasa
Kemampuan
berbahasa merupakan aspek penting yang perlu dikuasai anak, tapi tidak semua
anak mampu menguasai kemampuan ini. Masalah perkemabngan bahasa terkait dengan
terbatasnya perbendaharaan kata anak, ganguan artikulasi seperti sulit
mengucapkan beberapa huruf. Seain itu, gagap merupakan salah satu masalah
bahasa anak. Gejala yang sering diperlihatkan oleh anak gagap adalah sering
mengulang atau memperpanjang suara, suku kata atau kata-kata dan sering terjadi
keraguan dan penghentian bicara, sehingga mengganggu arus irama kata-kata.
4.
Gangguan
dalam perkembangan sosial
Kemampuan bersosial
adalah satu kemampuan lain yang harus dikuasai anak, karena anak akan
berinteraksi dengan orang lain. Tetapi, tidak semua anak mampu bersosialisasi.
Beberapa masalah sosial yang sering dialami anak adalah: anak ingin menang
sendiri, sok berkuasa, tidak mau menunggu giliran bermain bersama, selalu ingin
diperhatikan atau memilih-milih teman, agresif dan ketidakmampuan menyesuaikan
diri dengan lingkungan baru. Salah satu permasalah sosial yang banyak dialami
anak adalah gangguan komunikasi, yaitu ganggua psikologis yang termanifestasi
pada gangguan suara, artikulasi, atau kelancaran bicara, yang mengakibatkan
terjadi penyimpangan bentuk bahasa, isi bahasa atau fungsi bahasa. Indikasi
seorng anak mengalami gangguan ini adalah sebagai berikut: sulit menangkap isi
pembicaraan orang lain, tidak lancar dalam berbicara atau mengemukakan ide,
sring menggunakan isyarat dalam berkomunikasi, kalau berbicara sering gagap
atau gugu, suaanya parau, tidak fasih mengucapkan kata-kata tertentu dan organ
bicaranya tidak normal atau sumbing.
5.
Gangguan
dalam perkembangan emosi
Gangguan dalam
perkembangan emosi pada umumnya orang kecil lebih emosional daripada orang dewasa
karena pada usia ini anak masih relatif muda dan belum dapat mengendalikan
emosinya. Beberapa masalah dalam perkembangan emosi anak yang sering ditemukan
adalah: perasaan takut, perasaan cemas, perasaan sedih, marah yang berlebihan,
iri hati, emburu dan mudah tersinggung.
6.
Gangguan
lamban belajar
Gangguan lamban
belajar adalah anak yang memiliki potensi intelektual sedikit dibawah normal,
keterlambatan berbicara jika dibanding anak seusianya. Terdapat beberapa
indikator yang dapat dijadikan patokan bahwa seorang anak mengalami kelambatan
belajar diantaranya yaitu: kesulitan dalam pengucapan kata, kemampuan
penguasaan jumlah kata yang minim, tidak mampu menemukan kata yang sesuai untuk
suatu kalimat, kesulitan untuk memperbaiki dan mengenali angka, huruf dan
nama-nama hari dalam seminggu, kegelisahan yang sangat skstrem dn mudah teralih
perhatiannya, kesulitan beriteraksi dengan anak seusianya, meunjukan kesulitan
dalam mengikuti suatu petunuk atau rutintas tertentu dan juga problem emosional
seperti mengasingkan diri, pemurung, mudah tersinggung atau acuh terhadap
lingkungannya serta menolak untuk bersekolah.[2]
C. Retardasi
Mental
American
Association on Mental Deficiency (AAMD) mendefinisikan retardasi mental yang
kemudian direvisi oleh Rick Heber sebagai suatu penurunan fungsi intelektual
secara menyeluruh yang terjadi pada masa perkembangan dan dihubungkan dengan
gangguan adaptasi sosial. Penurunan fungsi intelektual secara umum menurut Rick
Heber diukur berdasarkan tes intelegensia standar paling sedikit satu deviasi
standar dibawah rata-rata. Periode perkembangan mental menurut defnisi ini
adalah mulai dari lahir sampai umur 16 tahun. Gangguan adaptasi sosial dalam
definisi ini dihubungkan dengan adanya penurunan fungsi intelektual.
Berdasarkan
The ICD-10 Classification of Mental and Behavioral Disorders, WHO, Geneva tahun
1994 retardasi mental dibagi menjadi 4 golongan, yaitu:
1.
Mild Retardation (retardasi mental
ringan), IQ 50-69.
Retardasi mental ringan dikategorikan sebagai
retardasi mental dapat dididik. Anak mengalami gangguan berbahasa tetapi masih
mampu menguasainya untuk keperluan bicara sehari-hari. Umumnya mereka juga
mampu mengurus diri sendiri (makan, mencuci, memakai baju, mengontrol saluran
cerna dan kandung kemih), meskipun tingkat perkembangannya sedikit lebih lambat
dari ukuran normal. Kesulitan utama biasanya terlihat pada pekerjaan akademik
sekolah, dan banyak yang bermasalah dalam membaca dan menulis. Dalam konteks
sosiokultural yang memerlukan sedikit kemampuan akademik, mereka tidak ada
masalah. Tetapi jika ternyata timbul masalah emosional dan sosial, maka akan
terlihat bahwa mereka mengalami gangguan, misal tidak mampu menguasai masalah
perkawinan atau mengasuh anak, atau kesulitan menyesuaikan diri dengan tradisi
budaya.
2.
Moderate Retardation (retardasi
mental sedang), IQ 35-49.
Retardasi mental sedang dikategorikan sebagai
retardasi mental dapat dilatih. Pada kelompok ini anak mengalami keterlambatan
perkembangan pemahaman dan pengguanaan bahsa, serta pencapaian akhirnya terbatas.
Pencapaian kemampuan mengurus diri sendiri dan ketrampilan motorik juga
mengalami keterlambatan, dan beberapa diantaranya membutuhkan pengawasan
sepanjang hidupnya. Kemajuan di sekolah terbatas, sebagian masih bisa belajar
dasar-dasar membaca, menulis dan berhitung.
3.
Severe Retardation (retardasi mental
berat), IQ 20-34.
Kelompok retardasi mental berat ini hampir sama dengan
retardasi mental sedang, dalam hal gambaran klinis. Perbedaan utamanya adalah
pada retardasi mental berat ini biasanya mengalami kerusakan motorik yang
bermakna atau adanya defisil neurologi.
4.
Profound Retardation (retardasi
mental sangat berat), IQ < 20.
Retardasi mental sangat berat berarti secara praktis
anak sangat terbatas kemampuannya dalam emngerti dan menuruti permintaan atau
instruksi. Umumnya anak sangat terbatas dalam hal mobilitas, dan hanya mampu
pada bentuk komunikasi nonverbal yang sangat elementer.[3]
D. Autisme
Autisme
merupakan suatu gangguan adanya kerusakan pada simpul saraf. Penyakit ini
menggangu perkembangan anak. Diagnosisnya diketahui dari gejala-gejala yang
tampak, ditunjukkan dengan adanya penyimpangan perkembangan.
1. Ciri-ciri
gangguan autisme antara lain:
a. Tidak
mampu menjalin interaksi sosial yang memadai, seperti kontak mata sangat kurang
hidup, dan gerak-geriknya kurang tertuju.
b. Tidak
dapat bermain dengan teman sebaya.
c. Bicara
terlambat atau sama sekali tidak berkembang (tidak ada usaha untuk mengimbangi
komunikasi dengan cara lain selain bicara).
d. Jika
bisa bicara, bicaranya tidak dipakai untuk komunikasi.
e. Sering
menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-ulang.
f. Cara
bermain kurang variatif, kuang imajinatif dan kurang bisa meniru.
g. Ada
gerakan-gerakan aneh yang khas dan
diulang-ulang.
h. Adanya
keterlambatan atau gangguan dalam interaksi sosial, bicara dan berbahasa, dan
cara bermain yang kurang variatif sebelum umur tiga tahun.
2. Faktor
penyebab autisme
Gejala autis biasanya muncul saat usia
1,5-2 tahun. Ketika anak bisa saja berkembang normal, tetapi kemudian
perkembangannya berhenti dan mereka mengalami kemunduran. Berikut ini beberapa
dugaan penyebab autisme dan diagnosis medisnya:
a. Gangguan
Sususnan Saraf Pusat
Ditemukan adanya kelainan pada susunan
saraf pusat pada beberapa tempat di dalam otak anak autis. Pada anak autis
terdapat pengurangan jumlah sel purkinje di dalam otak. Akibatnya,
produksi serotonin kurang, hal ini tentu saja menyebabkan kacaunya
proses penyaluran informasi antar otak. Selain itu, juga ditemukan adanya
kelainan struktur pada pusat emosi di dalam otak sehingga emosi anak autis
sering terganggu.
b. Faktor
genetika
Hal yang paling umum gejala autis pada
anak disebabkan oleh faktor turunan. Ada beberapa gen yang terkait dengan
autisme. Namun, gejala autisme baru bisa muncul jika terjadi kombinasi banyak
gen. Bisa saja autisme tidak muncul, meski anak membawa gen autisme. Jadi perlu
adanya faktor pemicu lain.
3. Terapi
bagi Anak Autis
Pada dasarnya gangguan pada otak tidak
dapat disembuhkan, tapi dapat ditanggulangi dengan terapi dini, terpadu dan
intensif. Jika anak mengalami gejala autis segera tanggulangi. Orang tua dan
keluarga mempunyai peran sangat penting dalam hal ini.
Gejala autis pada anak akan semakin
bertambah parah dan tidak tertanggulangi hingga dewasa bila saja tidak ada
tindakan intensif dari orang tua dan keluarga. Keberhasilan terapi tergantungan
beberapa faktor berikut:
a. Berat
ringannya gejala, tergantung seberapa parahnya gangguan di dalam sel otak.
b. Semakin
dini anak mendapat terapi, semakin besar kemungkinan berhasil. Idealnya sejak
umur 2-5 tahun anak sudah harus diterapi.
c. Semakin
banyak informasi yang dia tangkap, semakin besar peluangnya menjadi anak normal
dan semakin cerdas anak, semakin cerdas anak, semakin cepat menangkap hal-hal
yang diajarkan.
d. Semakin
rendah kemampuan berbahasa dan bicara semakin lambat anak autis mengalami
kemajuan.
e. Semakin
intensif anak autis mendapat terapi akan semakin baik dan lebih besar
kemungkinan mengalami kemajuan. Sedikitnya 4 jam sehari anak mendapat terapi.
Beberapa
terapi yang dapat dilakukan untuk anak autis
a. Terapi
perilaku
Terapi ini bertujuan mengurangi perilaku
aneh yang tidak wajar dan menggantinya dengan perilaku yang bisa diterima di
masyarakat.
b. Terapi
wicara
Terapi ini menjadi keharusan bagi anak
yang mengalami kesulitan berbicara atau berkomunikasi
c. Terapi
okupasi
Terapi ini bertujuan merangsang
perkembangan motorik yang kurang baik, seperti memperbaiki koordinasi antara
mata, pikiran, dan anggota tubuh, serta ketrampilan otot halus anak.[4]
[1] M.Sugeng Sholehudin , Psikloogi
Perkembangan dalam perspektif pengantar, ( Pekalongan: STAIN PRESS,
2008)hlm.191-192
[2]H. Achmad Juntika
Nurihsan dan H. Mubiar Agustin, Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja,
Tinjauan Psikologi, Pendidikan, dan Bimbingan,(Bandung: PT. Refika Aditama,
2011), hlm. 47-51.
[3]
Prasadio T, gangguan psikiatrik pada anak-anak dengan retardasi mental, Disertasi,
(Surabaya: Universitas Airlangga, 1976).
[4] Dwi Sunar Prasetyo,
“Biarkan Anakmu Bermain”, (Jogjakarta: DIVA Press, 2008), hlm. 225-238.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar